Seperti halnya Lucy, Sophie juga tahu soal khasiat makanan organik dari kegemarannya membaca. "Tapi waktu mau cari makanan organik, susah banget. Lalu, waktu hamil, aku berniat mengonsumsi makanan sehat. Nah, mulai, deh, aku hunting makanan organik yang kandungan kimianya betul-betul nol. Waktu itu, hanya bisa didapat di sebuah supermarket yang segmennya orang bule di Jakarta," ujar artis cantik ini.
Meski harganya tiga kali lipat dari bahan makanan yang biasa, "Demi anak yang ada dalam kandungan, saya tetap membeli." Ketika Rangga Namora Putra Bharata (11 bulan) mulai diperkenalkan pada makanan padat, Sophie memberinya sayuran organik.
Waktu itu, cerita Sophie, "Saya sempat frustrasi juga karena kesulitan mencari ragam sayuran organik. Masak Rangga hanya dikasih bayam, wortel, dan tomat setiap hari? Aku sampai mencari ke setiap supermarket besar di Jakarta."
Beruntung ia akhinya mendapat info bahwa Melly Manahutu berbisnis sayuran organik. "Ternyata harga di toko dia, lebih murah. Ragam sayurannya pun lebih banyak." Alhasil, makanan padat organik untuk Rangga pun mulai beragam, seperti ayam, bihun, beras merah, kentang, pasta, kacang kapri, hingga kacang hijau. Buah-buahan juga tersedia. "Mau alpukat, stroberi, dan mangga, juga ada."
Belakangan, Sophie yang sempat berhenti makan sayuran organik usai melahirkan, memutuskan kembali ke bahan-bahan organik. "Aku pikir, kenapa enggak sekalian buat sekeluarga? Efisien juga, kan, enggak harus belanja dan masak dua kali," kata istri Pongki Jikustik ini. Sejak itu, ia membeli makanan organik dalam partai besar. "Tak hanya sayur dan buah, beras, ayam, gula, kacang-kacangan, dan pasta, juga yang organik." Sampai ke pembantu dan pengasuh anaknya, "Semua sama, makan makanan organik."
Ketika Rangga memasuki usia 10 bulan, Sophie mulai menggunakan garam organik. Pasalnya, garam organik tidak melalui proses bleaching dan lebih alami. "Memang, sih, harganya lebih mahal karena masih impor. Sebungkusnya Rp 18 ribu," kata Sophie yang sekali belanja sayuran bisa menghabiskan sekitar Rp 70 ribu. "Tapi itu untuk 2-3 hari."
Kini, Sophie mengaku mulai merasakan khasiat makanan organik yang dikonsumsinya. Badannya terasa lebih segar, sehat, dan ringan. "Untuk Rangga, hasilnya belum kelihatan banget. Cuma matanya lebih cemerlang. Mungkin karena vitamin yang terkandung dalam sayuran," papar Sophie yang merasa bangga lantaran sang anak sudah doyan makan sayuran dalam bentuk apa pun.
"Artinya, kan, meringankan tugas saya di masa depan, yaitu membiasakan anak untuk melihat sayur sebagai a way of life. Sebagai perempuan, kita punya tugas jadi istri dan ibu. Artinya, kita juga punya tanggung jawab menyehatkan keluarga. Apa yang kita taruh di meja makan, itu yang dimakan anak dan suami. Masak, sih, kita mau taruh sampah atau makanan yang enggak sehat?" katanya panjang lebar.
Meski harganya tiga kali lipat dari bahan makanan yang biasa, "Demi anak yang ada dalam kandungan, saya tetap membeli." Ketika Rangga Namora Putra Bharata (11 bulan) mulai diperkenalkan pada makanan padat, Sophie memberinya sayuran organik.
Waktu itu, cerita Sophie, "Saya sempat frustrasi juga karena kesulitan mencari ragam sayuran organik. Masak Rangga hanya dikasih bayam, wortel, dan tomat setiap hari? Aku sampai mencari ke setiap supermarket besar di Jakarta."
Beruntung ia akhinya mendapat info bahwa Melly Manahutu berbisnis sayuran organik. "Ternyata harga di toko dia, lebih murah. Ragam sayurannya pun lebih banyak." Alhasil, makanan padat organik untuk Rangga pun mulai beragam, seperti ayam, bihun, beras merah, kentang, pasta, kacang kapri, hingga kacang hijau. Buah-buahan juga tersedia. "Mau alpukat, stroberi, dan mangga, juga ada."
Belakangan, Sophie yang sempat berhenti makan sayuran organik usai melahirkan, memutuskan kembali ke bahan-bahan organik. "Aku pikir, kenapa enggak sekalian buat sekeluarga? Efisien juga, kan, enggak harus belanja dan masak dua kali," kata istri Pongki Jikustik ini. Sejak itu, ia membeli makanan organik dalam partai besar. "Tak hanya sayur dan buah, beras, ayam, gula, kacang-kacangan, dan pasta, juga yang organik." Sampai ke pembantu dan pengasuh anaknya, "Semua sama, makan makanan organik."
Ketika Rangga memasuki usia 10 bulan, Sophie mulai menggunakan garam organik. Pasalnya, garam organik tidak melalui proses bleaching dan lebih alami. "Memang, sih, harganya lebih mahal karena masih impor. Sebungkusnya Rp 18 ribu," kata Sophie yang sekali belanja sayuran bisa menghabiskan sekitar Rp 70 ribu. "Tapi itu untuk 2-3 hari."
Kini, Sophie mengaku mulai merasakan khasiat makanan organik yang dikonsumsinya. Badannya terasa lebih segar, sehat, dan ringan. "Untuk Rangga, hasilnya belum kelihatan banget. Cuma matanya lebih cemerlang. Mungkin karena vitamin yang terkandung dalam sayuran," papar Sophie yang merasa bangga lantaran sang anak sudah doyan makan sayuran dalam bentuk apa pun.
"Artinya, kan, meringankan tugas saya di masa depan, yaitu membiasakan anak untuk melihat sayur sebagai a way of life. Sebagai perempuan, kita punya tugas jadi istri dan ibu. Artinya, kita juga punya tanggung jawab menyehatkan keluarga. Apa yang kita taruh di meja makan, itu yang dimakan anak dan suami. Masak, sih, kita mau taruh sampah atau makanan yang enggak sehat?" katanya panjang lebar.
komentar anda
1 Responses to "Sophie Navita Anak Sampai Pembantu Makan Sayur Organik"12:49 PM
http://us.i1.yimg.com/us.yimg.com/i/mesg/emoticons7/24.gif mbak sophie emang suka makan sayur sueger bukan kayak popeye makan sayur kalengan apalagi olahan...
Post a Comment