Meskipun bukan zat gizi utama, peran serat bagi tubuh tetap penting. Berbagai penyakit seperti kanker saluran cerna, sembelit dan obesitas dapat dipicu pola makan rendah serat. Apa sebenarnya serat? Berapa banyak asupan serat yang dianjurkan?
Bagi masyarakat yang sadar kesehatan, pola makan menu seimbang tinggi serat mulai membudaya. Hal ini terbukti dengan semakin banyak produk pangan berlabel tinggi serat, misalnya roti gandum utuh berwarna coklat yang kian digemari. Walaupun rasanya seret, roti tersebut tinggi kandungan seratnya. Orang pun mulai meninggalkan roti putih lembut yang rendah serat namun tinggi lemak.
Defenisi Serat
Menurut Dr. Luciana B Sutanto, MS, SpGK, ahli gizi FKUI-RSCM, serat adalah bahan makanan nabati yang tidak dapat dicerna oleh enzim pencernaan di dalam tubuh. Sayuran dan buah adalah bahan makanan yang banyak mengandung serat alias dietary fiber.
Didalam bahan pangan nabati, serat ditemukan pada sebagian besar struktur tanaman, daun, batang, akar, buah, maupun buji. Berdasarkan analisis kimia, serat di dalam makanan digolongkan menjadi tiga kelompok. Pertama adalah selulosa, yang merupakan polisakarida. Selulosa adalah serat yang paling bayak dijumpai. Sifat selulosa panjang dan liat. Sayuran dan buah-buahan merupakan sumber selulosa.
Kelompok kedua adalah pektin, gum dan musilago, merupakan polisakarida non-selulosa. Pektin mempunyai sifat membentuk gel jika bergabung dengan air. Gum pada tanaman biasanya diproduksi saat kulit batang tanaman tergores, sedangkan musilago ditemukan tercampur dengan endosperma dalam biji-bijian, seperti buncis, kacang polong dan kapri. Kelompok ketiga adalah lignin. Lignin memberikan struktur, bentuk dan kekuatan yang khas pada batang kayu.
Berdasarkan sifat larutan, serat dibedakan menjadi dua golongan. Pertama serat yang larut dalam air, seperti pektin, musilago dan gum. Kedua golongan yang tidak larut di dalam air seperti selulosa, hemiselulosa dan lignin.
Mencegah Kanker Usus Besar
Luciana mengungkapkan, serat bermanfaat untuk kesehatan, diantaranya mencegah sembelit atau konstipasi. Serat membuat konsistensi tinja lebih besar dan lunak sehingga mudah dikeluarkan. Serat juga dapat mencegah kanker pada saluran pencernaan seperti kanker usu besar. Hal itu karena serat dapat mengikat karsinogen di dalam saluran pencernaan dan mengeluarkannya dari dalam tubuh. Serat juga mencegah peningkatan kadar gula darah, sehingga penting dikonsumsi penyandang diabetes. Serat terbukti bermanfaat mencegah berkurangnya penyerapan kolesterol di dalam tubuh.
Bagi Anda yang sedang menjalani diet, serat dapat mencegah kegemukan. Hal itu disebabkan serat memerlukan waktu cerna yang lama sehingga menimbulkan efek kenyang yang lebih lama.
Berapa kebutuhan serat?
Prof. Dr. Ir. Ali Khosam, pakar gizi Institut Pertanian Bogor (IPB) mengatakan, konsumsi rata-rataserat masyarakat Indonesia pada tahun 1998/1999 adalah 10.5 g per kapita per hari. Angka yang dianjurkan adalah 20-30 g per kapita per hari. Di lain pihak, Luciana menyarankan konsumsi serat per hari adalah 24 g atau 10-13 g per 1000 kalori, termasuk dari asupan serat larut dan tidak larut.
Pilih yang Organik
Sebagian serat bersumber dari sayuran dan buah, namun serealia dan biji-bijian juga dapat menjadi sumber serat yang baik. Bahan pangan yang tinggi serat meliputi sebagian besar sayuran, buah-buahan, padi-padian (beras, beras merah dan beras ketan), gandum utuh, kacang-kacangan, ubi-ubian dan agar-agar.
Untuk mencukupi kebutuhan serat, Ali Khosam menyarankan supaya mengkonsumsi sayuran, buah dan kacang-kacangan dari bahan pangan organik. Selain bebas residu kimia yang berasal dari pupuk maupun pestisida, bahan pangan organik terbukti mempunyai nilai gizi tinggi. Sayuran dan buah organik juga mempunyai cita rasa yang lebih enak dibandingkan sayuran anorganik yang cenderung banyak mengandung air. DK
Sumber : Majalah Kesehatan Keluarga
Dokter Kita, edisi 7 Thn II – Juli 2007
Bagi masyarakat yang sadar kesehatan, pola makan menu seimbang tinggi serat mulai membudaya. Hal ini terbukti dengan semakin banyak produk pangan berlabel tinggi serat, misalnya roti gandum utuh berwarna coklat yang kian digemari. Walaupun rasanya seret, roti tersebut tinggi kandungan seratnya. Orang pun mulai meninggalkan roti putih lembut yang rendah serat namun tinggi lemak.
Defenisi Serat
Menurut Dr. Luciana B Sutanto, MS, SpGK, ahli gizi FKUI-RSCM, serat adalah bahan makanan nabati yang tidak dapat dicerna oleh enzim pencernaan di dalam tubuh. Sayuran dan buah adalah bahan makanan yang banyak mengandung serat alias dietary fiber.
Didalam bahan pangan nabati, serat ditemukan pada sebagian besar struktur tanaman, daun, batang, akar, buah, maupun buji. Berdasarkan analisis kimia, serat di dalam makanan digolongkan menjadi tiga kelompok. Pertama adalah selulosa, yang merupakan polisakarida. Selulosa adalah serat yang paling bayak dijumpai. Sifat selulosa panjang dan liat. Sayuran dan buah-buahan merupakan sumber selulosa.
Kelompok kedua adalah pektin, gum dan musilago, merupakan polisakarida non-selulosa. Pektin mempunyai sifat membentuk gel jika bergabung dengan air. Gum pada tanaman biasanya diproduksi saat kulit batang tanaman tergores, sedangkan musilago ditemukan tercampur dengan endosperma dalam biji-bijian, seperti buncis, kacang polong dan kapri. Kelompok ketiga adalah lignin. Lignin memberikan struktur, bentuk dan kekuatan yang khas pada batang kayu.
Berdasarkan sifat larutan, serat dibedakan menjadi dua golongan. Pertama serat yang larut dalam air, seperti pektin, musilago dan gum. Kedua golongan yang tidak larut di dalam air seperti selulosa, hemiselulosa dan lignin.
Mencegah Kanker Usus Besar
Luciana mengungkapkan, serat bermanfaat untuk kesehatan, diantaranya mencegah sembelit atau konstipasi. Serat membuat konsistensi tinja lebih besar dan lunak sehingga mudah dikeluarkan. Serat juga dapat mencegah kanker pada saluran pencernaan seperti kanker usu besar. Hal itu karena serat dapat mengikat karsinogen di dalam saluran pencernaan dan mengeluarkannya dari dalam tubuh. Serat juga mencegah peningkatan kadar gula darah, sehingga penting dikonsumsi penyandang diabetes. Serat terbukti bermanfaat mencegah berkurangnya penyerapan kolesterol di dalam tubuh.
Bagi Anda yang sedang menjalani diet, serat dapat mencegah kegemukan. Hal itu disebabkan serat memerlukan waktu cerna yang lama sehingga menimbulkan efek kenyang yang lebih lama.
Berapa kebutuhan serat?
Prof. Dr. Ir. Ali Khosam, pakar gizi Institut Pertanian Bogor (IPB) mengatakan, konsumsi rata-rataserat masyarakat Indonesia pada tahun 1998/1999 adalah 10.5 g per kapita per hari. Angka yang dianjurkan adalah 20-30 g per kapita per hari. Di lain pihak, Luciana menyarankan konsumsi serat per hari adalah 24 g atau 10-13 g per 1000 kalori, termasuk dari asupan serat larut dan tidak larut.
Pilih yang Organik
Sebagian serat bersumber dari sayuran dan buah, namun serealia dan biji-bijian juga dapat menjadi sumber serat yang baik. Bahan pangan yang tinggi serat meliputi sebagian besar sayuran, buah-buahan, padi-padian (beras, beras merah dan beras ketan), gandum utuh, kacang-kacangan, ubi-ubian dan agar-agar.
Untuk mencukupi kebutuhan serat, Ali Khosam menyarankan supaya mengkonsumsi sayuran, buah dan kacang-kacangan dari bahan pangan organik. Selain bebas residu kimia yang berasal dari pupuk maupun pestisida, bahan pangan organik terbukti mempunyai nilai gizi tinggi. Sayuran dan buah organik juga mempunyai cita rasa yang lebih enak dibandingkan sayuran anorganik yang cenderung banyak mengandung air. DK
Sumber : Majalah Kesehatan Keluarga
Dokter Kita, edisi 7 Thn II – Juli 2007
komentar anda
0 Responses to "Sehat dengan Pola Makanan Tinggi Serat"Post a Comment